4 Ramadhan 1427 H
Buat aku dan mecca, bukan ini yang termasuk dalam definisi ‘nuansa ramadhan’. Bukan tutupnya warung disiang hari, atau tidur seharian penuh, atau bangun kesiangan untuk bekerja, atau merasa lemas seharian karena berpuasa. Bukan ini
Sekali lagi, perasaan superioriti etnis ini membuatku defensif. Mereka mengatakan, hanya di aceh terasa dengan benar nuansa dan suasana ramadhan. Alasaanya tidak ada satupun warung makanan yang buka disiang hari. Sementara di tempat lain, tukang bakso pun tetap berjualan disiang hari.
Buatku, bukan ini yang namanya ‘suasana ramadhan’. Apa bedanya ramadhan dengan bulan lainnya, kalau yang tidak sholat tetap tidak shalat, kecuali tarawih di masjd malam hari. Apa bedanya ramadhan dengan bulan lainnya kalau tidak ada yang berlomba-lomba beramal saleh dan meraih pahala. Tidak ada tilawah, kecuali pengurus masjid yang pada waktu tengah malam membaca Al-Quran melalui loud speaker dan mengganggu istirahat orang lain.
Puasa dijadikan alasan untuk mengurangi kerja. Puasa dijadikan alasan untuk merasa lemas dan lemah. Puasa dijadikan alasan untuk makan banyak diwaktu buka. Puasa dijadikan alasan untuk tidak produktif. Puasa telah berubah fungsi menjadi sebuah topeng.
Bukan ini yang aku anggap sebagai suasana ramadhan.
Wednesday, September 27, 2006
Nuansa ramadhan
Posted by KodokHijau at 9/27/2006 10:40:00 AM 0 comments
Subscribe to:
Posts (Atom)