Memang ini bukan survei/penelitian pribadi gw sendiri, tapi merupakan penyampaian ulang "kuliah" salah satu profesor yang mengajar di bidang Obstetri dan Ginekologi yang masih relatif segar dalam ingatan.
Ditengah kuliahnya tentang menopause dan terapinya, sang profesor mengungkapkan keprihatinannya terhadap biaya pelayanan kesehatan yang semakin menjulang tinggi. Beliau juga mengungkapkan bahwa alasan utama tingginya biaya tersebut adalah ketergantungan penyedia jasa kesehatan akan pemeriksaan penunjang. Selain itu, pemeriksaan penunjang menjadi keharusan dalam dunia yang penuh tuntutan seperti sekarang ini sebagai bukti yang sah dan nyata. Diagnosis tidak lagi ditegakkan dengan pemikiran dan analisis klinis seorang dokter melainkan butuh bukti nyata dari pemeriksaan penunjang yang sesungguhnya bukan merupakan diagnosis pasti penyakit yang ada. Masalahnya, hampir semua instrumen dalam pemeriksaan penunjang di negara ini merupakan hasil impor dari luar negri. Hampir tidak ada produksi dalam negri yang berperan besar. Hal ini sangat berbeda dengan vietnam, korea, cina, bahkan taiwan. Awalnya mereka memang juga menggunakan produk luar negri yang mahal, namun kemudian mereka berhasil mengembangkan biomedik dalam negri sampai akhirnya mampu memproduksi peralatan medis lokal dengan harga dan kualitas yang mampu bersaing di dunia internasional. Alhasil, biaya pelayanan kesehatan turun drastis. Itulah analisis sang profesor yang diungkapkannya secara tidak resmi di ruang kuliah kami.
Gosipnya, Dikti sudah melakukan upaya awal untuk mengatasi masalah ini, dengan membuka (atau menganjurkan perguruan tinggi untuk membuka) lahan pendidikan baru yang mempelajari urusan teknologi kedokteran. Kalau ga salah, namanya biomedik.. Memang masih lama sebelum akhirnya bangsa ini bisa memproduksi alat kedokteran dalam negri dengan kualitas yang dapat bersaing di dunia internasional, tapi setidaknya langkah awal sudah dimulai.
Atau mungkin para mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan yang serupa diluar negri dapat berperan aktif di dalam negri (sekembalinya mereka kesini) sehingga proses itu dapat dipercepat.. Kalau ini memungkinkan, dapat diprediksi bahwa mereka akan menemui masalah dari segi investor. Siapa investor lokal yang mau menanamkan modalnya dalam usaha pengembangan alat kedokteran lokal yang kemungkinan balik modalnya membutuhkan waktu yang lama dan memiliki risiko kegagalan yang tinggi? Anyone???
ina masna
Friday, June 17, 2005
Jangan (hanya) salahkan dokter untuk biaya pelayanan kesehatan yang mahal!!!
Posted by KodokHijau at 6/17/2005 04:28:00 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment