THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Monday, August 29, 2005

rasanya lulus dokter.....

Ingat rasanya baru lulus sma.... Well, kira-kira itu yang gw rasakan sekarang, walaupun sudah 6 tahun gw meninggalkan bangku sma. Gimana ya... meninggalkan bangku kuliah yang gw jalani selama 6 tahun ini rasanya seperti meninggalkan bangku sma. Ga heran sih... soalnya, selama 6 tahun ini emang kerasa kaya sma yang diperpanjang...... tiap akhir tahun naek kelas, bukannya naek tingkat.. tiap angkatan diperlakukan seperti kelas dan bukan tingkat..
Mungkin yang beda cuma dari segi tanggung jawab. Kalo lulus sma kan cuma punya tanggung jawab untuk cari sekolah lagi. Lulus dokter berarti siap terjun ke masyarakat, siap mengabdi, siap bekerja. Bagi beberapa diantara kami pun itu tak berbeda, karena lulus pendidikan dokter umum berarti menyiapkan diri untuk sekolah lagi: spesialisasi.
(sigh...)

Saturday, August 20, 2005

alih profesi jadi bidan

Waktu itu aku lagi jaga di kamar bersalin salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta. Yang jaga ada 3 ko-as dan 2 siswi ak-bid (akademi kebidanan). Sekitar tengah malam, saat keadaan sedang lengang, ngobrol-ngobrol-lah kami, saling bertukar cerita dan pengalaman jaga. Satu cerita yang sangat menarik datang dari salah satu siswi akbid.

Awalnya ngobrolin tentang daya tahan telepon seluler. Ada yang tiap tahun sudah perlu diganti, ada yang tahan sampai beberapa tahun. Salah satu akbid bilang: "Aku udah 10 tahun pake hp, baru ganti 3kali. Jadinya kan kira-kira ganti hp tiap 3 tahun."
Temanku bertanya: "Oh ya...? Emangnya pertama kali pake hp kapan"
Akbid: "dari SMA"
Temanku: "ohhhh... jadi umur mba sebenernya berapa sih?

analisis masalah: biasanya, yang masuk akbid itu anak SMA. Kalo masa dia SMA udah 10 tahun yang lalu, berarti dia angkatan 94-95-an donk... Padahal, mereka yang jaga bareng waktu itu baru tingkat 2 akhir yang artinya baru menjalani 2 tahun pendidikan akbid. Kemana aja selama itu???

Setelah melalui bujukan dan rayuan, akhirnya dia mau cerita. Sebenernya dia udah lulus sarjana ekonomi dan sudah pernah bekerja sebagai asisten redaksi di salah satu majalah wanita. Sewaktu ibunya bertanya dia mau melanjutkan S2 dimana, dia bingung.
"Rasanya kok ga pengen punya kehidupan yang lebih sibuk dari saat itu. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula jabatan dan tanggung jawab. Artinya, semakin banyak pula waktu yang tersita untuk pekerjaan. Kapan ngurus anak dan suami? (nanti kalo udah punya..)" Begitu pikirnya.
Jadi, dia membuka pikiran dan mencari opsi-opsi baru.
Entah kenapa, ketika melihat profesi bidan, dia menjadi sangat tertarik. Bisa membantu orang lain, dan tidak terlalu sibuk. Well, setidaknya, setiap bidan dapat menentukan sendiri tingkat kesibukan yang ingin dimilikinya. Dalam pikirannya, tergambar seorang bidan yang punya waktu untuk melakukan profesi yang disenanginya sekaligus mengurus keluarga.
Setelah memantapkan hati, ia menyampaikan keinginannya ini kepada ibu dan keluarganya. Awalnya mereka kaget (pastilah...), tapi setelah teryakini bahwa ia sudah siap menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi (mulai dari ikut bimbel, mengulang pelajaran SMA, persiapan ujian, sampai perkiraan tugas di akademi kebidanan yang mungkin sangat berat), sang ibu mendukung dengan sepenuh hati.
Berhasil masuk ke akademi kebidanan (hanya dengan mengikuti bimbel, setelah lebih dari 4 tahun meninggalkan bangku SMA), ia tidak banyak berharap dari segi indeks prestasi. "Yang penting lulus.." itu targetnya. Habis mau bagaimana lagi?? Saingannya anak-anak SMA yang masih fresh.... Yang bisa ia lakukan hanya berusaha sekuat tenaga. Hampir setiap hari pada tahun pertama pendidikan ia menangis sepulang kuliah karena merasa berat dengan semua pelajaran yang harus dihafalnya. Tapi dengan berurai air mata, ia tetap bekerja keras, dan ekstra keras untuk memenuhi tekadnya. Ngga ngira, waktu "capping day", hari dimana mereka mengucapkan janji siswa sebelum terjun ke lapangan, diumumkan bahwa Sang Sarjana Ekonomi menduduki peringkat ketiga IP tertinggi. Berurailah air mata.... Ngga disangka...!!!!

Sampai hari ini, InsyaAllah, ia masih menjalani pendidikan di akademi kebidanan. Salut pada seorang sarjana ekonomi yang mau kembali ke level pendidikan yang sama (dan bukan meneruskan ke s2) untuk mengejar keinginannya, tujuan hidupnya.

Salut buat mba deli.... dimana pun kau berada....

Friday, August 19, 2005

mau jadi dokter ya???

Ingat iklan plester itu? Seringkali kalimat itu jadi becanda-an gw dan temen-temen... apalagi di tahun terakhir pendidikan dokter umum kami. Sekarang, gelar itu udah di tangan... tinggal peresmiannya dalam bentuk wisuda dan sumpah dokter.
Setelah menantikannya selama 6 tahun, rasanya kok berat ya meninggalkan hari-hari menjadi mahasiswa. Apalagi melihat betapa sulitnya dokter baru bergeliat di dunia luar.. Surat ijin praktek yang penuh birokrasi. Daftar PTT yang belibet. Sekolah lagi??? hmmmm...